Nabi Muhammad s.a.w mengatakan : Puasa itu sehat. Banyak orang berfikiran bahwa dengan berpuasa akan berakibat kekurangan energi. Apalagi dalam musim dingin ini, mungkin ada saja pertanyaan yang bodoh, seperti apa enggak bakal mati kedinginan kalau puasa terlebih lagi saat winter seperti sekarang ini. Sebagian ada yang berpendapat, dengan puasa jadi tidak dapat berfikir, karena otak menjadi hipoglikami yaitu kurang zat gula dalam darah.
Tapi fakta menunjukan hal yang lain. Bisa kita ambil contoh, ternyata kemerdekaan Indonesia justru diraih pada bulan puasa, disamping itu kita juga mengetahui peristiwa lain yang justru terjadi pada bulan Ramadhan. Misalnya saja kemenangan perang Badr. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah. Sebuah perang besar terbuka yang pertama kalinya terjadi antara kaum Muslimin melawan kaum musyrik. Pertempuran terjadi di sebuah lembah di dekat kota Madinah, yaitu di Badr.
Persitiwa lain yang tak kalah menakjubkan adalah Futuh Makkah. Dan simak pula kemenangan Andalusia. Bulan Ramadhan tahun ke-91 Hijrah, kaum Muslimin di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad membuka Andalusia (Spanyol). Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Futuh Andalusia.
Tentu saja peristiwa-peristiwa diatas terutama disebabkan karena keimanan mereka yang teguh. Dan pada saat kita memang betul-betul membutuhkan tenaga, Islam memberi keringanan untuk tidak berpuasa misalnya saat perang, sebagaimana tertera dalam hadis: “Kami berperang bersama Rasulullah saw pada bulan Ramadhan. Maka di anatara kami ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka. Yang berpuasa tidaklah menyalahkan yang berbuka, sebagaimana yang berbuka tidak pula menyalahkan yang berpuasa. Mereka berpendapat bahwa orang yang merasa dirinya kuat, lalu ia berpuasa, maka itu baik, sebagaimana menurut pendapat mereka bahwa orang yang merasa dirinya lemah kemudian ia berbuka, itu adalah baik (Riwayat Ahmad dan Muslim). Jadi tidak mungkin puasa itu menyebabkan orang sakit, apalagi sampai meninggal karena kalau sudah merasa sangat lemah maka diberi keringanan berbuka. Tentu saja sekali lagi disini tidak berlaku â??aji mumpungâ? dan meringan-ringankan hukum Allah.
Allah Swt yang menciptakan manusia , Dia-lah yang paling mengenal manusia, oleh karena itu Dia menciptakan ketentuan – seperti misalnya puasa- sesuai dengan kemampuan manusia. Di samping itu Allah swt tetap memperhatikan sifat-sifat manusiawi : ada puasa ada berbuka, dan dimalam harinya (setelah berbuka puasa) Allah membolehkan suami bercengkerama dengan istrinya karena Allah sudah maklum atas fitrah manusia. Kini timbul pertanyaan mengapa manusia mampu berpuasa ? Mungkin untuk menjelaskannya, terlebih dahulu akan diuraikan bagaimana proses energi yang terbentuk dari makanan yang kita makan. Makanan yang kita makan terdiri dari Karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu juga ada mineral dan vitamin. Di dalam usus karbohidrat, protein dan lemak semua dipecah oleh enzim-enzim pencernaan. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa, sebagai energi untuk tubuh kita, lemak dipecah dan disimpan dalam bentuk lemak, protein dipergunakan untuk zat pembangun sel-sel tubuh. Kelebihan karbohidrat disimpan dalam bentuk lemak.
Pada saat kita berpuasa dan tentunya dengan sahur terlebih dahulu, maka energi pertama yang terpakai adalah dari karbohidrat yang kita makan. Dalam waktu berjam-jam, lama kelamaan glukosa yang terpakai menjadi habis. Setelah itu tubuh kita tidak langsung kekuarangan energi, karena cadangan energi dalam bentuk lain, yaitu lemak masih ada dalam tubuh kita. Cadangan itulah yang dipecahkan kemudian menjadi glukosa sehingga menghasilkan energi, yang membuat tubuh kita dapat bekerja dengan normal. Subhanallah, Allah swt Maha sempurna, segalanya sudah diper-hitungkan dan tidak diciptakan secara kebe-tulan. “Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesunguhnya telah Kami jelaskan tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui”. (6:98)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar